Andragogi
berasal dari bahasa Yunani kuno: aner
yang berarti orang dewasa, dan agogus
yang berarti membimbing atau membina. Banyak praktik proses belajar dalam
suatu pelatihan yang ditujukan kepada orang dewasa, yang seharusnya bersifat Andragogis,
dilakukan dengan cara-cara yang pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan
asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi
kegiatan pelatihan bagi orang dewasa.
Dengan demikian maka kalau ditarik
pengertiannya sejalan dengan pedagogi, maka Andragogi secara harfiah dapat
diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Namun karena orang
dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya
sendiri, maka dalam Andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar
adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri
dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner
Centered Training / Teaching).
Andragogi memiliki kelemahan, salah
satu contohnya adalah bahwa bagaimana mungkin seorang siswa yang tidak terlalu
memahami tentang luasnya ilmu kemudian dibebaskan memilih apa yang mereka
sukai? Seolah sistem Andragogi hanya sebagai suatu sistem yang mengembirakan
siswanya saja dan melupakan untuk tujuan apa sebenarnya sebuah pendidikan itu
dilakukan? Dan bagaimana pula bisa dilakukan penjagaan terhadap ilmu-ilmu yang
sudah ada? Jika sebuah ilmu tersebut tidak diminati oleh siswa, tentu saja satu
waktu ilmu tersebut akan hilang. Dan bagaimana siswa dibiarkan memilih jika ada
persyaratan kemampuan yang memang mesti dimiliki seandainya siswa mau belajar
ilmu tertentu. Tidak mungkin siswa SD dibiarkan memilih mata pelaharan Integral
Diferensial sebelum mereka menguasai dulu perkalian, penjumlahan, pengurangan,
dll.
Teori Belajar Andragogi dapat
diterapkan apabila diyakini bahwa peserta didik (siswa-mahasiswa-peserta)
adalah pribadi-pribadi yang matang, dapat mengarahkan diri mereka sendiri,
mengerti diri sendiri, dapat mengambil keputusan untuk sesuatu yang menyangkut
dirinya. Andragogi tidak akan mungkin berkembang apabila meninggalkan ideal
dasar orang dewasa sebagai pribadi yang mengarahkan diri sendiri. Yang menjadi
tolok ukur sebuah kedewasaan bukanlah umur, namun sikap dan perilaku, sebab
tidak jarang orang yang sudah berumur, namun belum dewasa. Memang, menjadi tua
adalah suatu keharusan dan menjadi dewasa adalah sebuah pilihan yang tidak
setiap individu memilihnya seiring dengan semakin lanjut usianya.
Orang dewasa tidak menyukai hal-hal teoritis
dan cenderung menyukai sesuatu yang praktis sesuai peran sosialnya (pekerjaan,
tanggung jawab, kebutuhan). Andragogi biasanya dimanfaatkan oleh profesi yang
berhubungan langsung dengan masyarakat seperti penyuluh, fasilitator,
motivator, politikus dan profesi lain.
Referensi :
- Http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/02/Andragogi-pendidikan-orang-dewasa/( 08 Juni 2012)
- Http://www.oocities.org/teknologipembelajaran/Andragogi.html ( 08 Juni 2012 )
No comments:
Post a Comment