Friday, June 8, 2012

Proyek Mini

Anggota Kelompok :
Gustrispa Naomi Sirait ( 11-035 )
* Fera ( 11-037 )
* Chindy ( 11-097 ) 
* Fonds Novel ( 11-105 ) 

Topik : Peran Teknologi sebagai Media Belajar pada Siswa SMA

Judul : Gambaran Peran Smartphone dalam Dunia Belajar Siswa SMA Sutomo I


I. PERENCANAAN

A. Pendahuluan
Sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat berkembang dalam berbagai hal, baik untuk bisnis, pendidikan, pergaulan, dan sebagainya. Hal ini berkaitan dengan semakin majunya pengetahuan umat manusia. Menyadari pentingnya hal tersebut, topik yang akan diangkat dalam penelitian kali ini adalah “Peran teknologi sebagai media belajar pada siswa SMA”.
Adapun topik tersebut dipilih karena peran teknologi tidak terlepas dari dunia pendidikan sekarang ini. Dari tahun ke tahun, dunia pendidikan semakin dimodifikasi berhubungan dengan kemajuan teknologi. Contohnya saja pada tahun 90-an, anak-anak maupun orang dewasa belum semuanya menggunakan telepon genggam. Pada tahun 2000-an telepon genggam sudah mulai banyak dipergunakan secara umum dan telepon genggam itu sendiri juga sudah muncul berbagai jenis. Semakin bertambahnya waktu, telepon genggam juga semakin canggih. Sekarang ini, sudah muncul berbagai jenis telepon genggam seperti smartphone, android, dsb. Hal tersebut juga menyebabkan anak-anak zaman sekarang sudah tidak asing lagi untuk menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Landasan Teori
1. Smartphone
Telepon pintar (smartphone) adalah telepon genggam yang mempunyai kemampuan tingkat tinggi, dan kadang-kadang dengan fungsi yang menyerupai komputer. Secara umum, smartphone adalah sebuah ponsel multifungsi yang menggabungkan beberapa fungsi dari sebuah PDA, seperti personal scheduler, kalender dan phonebook. Sebuah smartphone dilengkapi dengan kemampuannya untuk mengakses internet, cek e-mail, memainkan online game sampai menulis dan mengedit dokumen spreadsheet seperti file Microsoft Word dan Excel layaknya sebuah komputer mini. Oleh karena itu, seperti halnya pada komputer, Anda juga dimungkinkan untuk membuat sebuah aplikasi yang selanjutnya dapat dijalankan pada smartphone.
Berikut adalah ciri-ciri smartphone :
  • Sistem Operasi
    Ini merupakan ciri yang paling utama dari sebuah smartphone.  Ponsel  bisa disebut smartphone kalau didalamnya sudah dibenamkan sebuah sistem operasi. Contoh dari sistem operasi Android, Symbian, Windows Mobile, dll.
  • Perangkat Keras
    Setiap smartphone harus memiliki dukungan perangkat keras yang mampu menjalankan sistem operasi yang telah dibenamkan di dalamnya. Perangkatnya sama dengan sebuah PC hanya saja dalam ukuran yang kecil.
  • Pengolah Pesan
    Satu lagi hal yang didapat dalam smartphone yaitu pengolah pesan yang lebih dari ponsel biasanya. Smartphone memiliki keunggulan dalam mengolah pesan yaitu berupa pesan elekronik (e-mail).
  • Mengakses Internet / Web
    Kemampuan lain yang dimiliki oleh sebuah smartphone adalah bisa digunakan mengakses web / internet dan konten yang disajikan di browser-nya, sudah hampir mendekati seperti layaknya kita mengakses web lewat komputer.
  • Aplikasi
    Hal yang membuat menyenangkan adalah smartphone dapat dijejali berbagai aplikasi, selama aplikasi tersebut sesuai dengan sistem operasi yang ada. Biasanya untuk mendapatkan aplikasi, para produsen smartphone telah menyediakan tempat khusus untuk berbelanja aplikasi.
  • Keyboard QWERTY
    Ini adalah yang membuat tampilan smartphone terlihat begitu berbeda, dia memiliki keyboard qwerty. Walau saat ini sudah banyak ponsel biasa yang mengusung keyboard semacam ini. Namun keyboard qwerty pertama kali diadopsi oleh smartphone.
  • Office
    Kelebihan lainya adalah aplikasi pengolah data-data office. Setiap smartphone memiliki kemampuan  semacam ini yang dapat diperoleh dengan menginstal apilkasi office. Aplikasi semacam ini dapat diinstal sendiri ataupun bawaan dari pabrik.
Fungsi-fungsi smartphone meliputi : 
  1. Menggantikan komputer 
    • Viewer 
    • Editing
    • Office 
    •  Email
    • Internet
  2. Menelepon
  3. Mengirim pesan pendek (SMS)

2. Siswa
a. Pendekatan sosial
Siswa adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya, dan masyarakat yang lebih luas. Siswa perlu disiapkan agar pada waktunya mampu melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri dari masyarakat. Kehidupan bermasyarakat itu dimulai dari lingkungan keluarga dan dilanjutkan di dalam lingkungan masyarakat sekolah. Dalam konteks inilah, siswa melakukan interaksi dengan rekan sesamanya, guru-guru, dan masyarakat yang berhubungan dengan sekolah. Dalam situasi inilah nilai-nilai sosial yang terbaik dapat ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung.

b. Pendekatan Psikologis
Siswa adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang. Siswa memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti bakat, minat, kebutuhan, sosial-emosional-personal, dan kemampuan jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan secara menyeluruh menjadi manusia seutuhnya. Perkembangan menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi, dan efisiensi. Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan intelegensi, sosial, emosional, spiritual, yang saling berhubungan.

c. Pendekatan edukatif / paedagogis
Pendekatan pendidikan menempatkan siswa sebagai unsur penting, yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan menyeluruh dan terpadu.

Dalam penelitian ini peneliti memilih siswa/i kelas SMA 1 dengan jangkauan umur 14-16 tahun dimana siswa/i yang bersangkutan sedang berada pada tahap masa remaja. Peneliti memilih subjek tersebut karena memandang bahwa masa tersebut merupakan masa dimana permulaan menggunakannya smartphone dengan optimal dan untuk anak yang berada di bawah umur tersebut dianggap belum mahir dalam menggunakan smartphone.
Menurut J.J. Piaget, remaja berada pada tahap operasi formal, yaitu tahap berpikir yang dicirikan dengan kemampuan berpikir secara hipotetis, logis, abstrak, dan ilmiah. Pada usia remaja, operasi-operasi berpikir tidak lagi terbatas pada obyek-obyek konkrit seperti usia sebelumnya, tetapi dapat pula dilakukan pada proposisi verbal (yang bersifat abstrak) dan kondisi hipotetik (yang bersifat abstrak dan logis).
Dibandingkan anak-anak, remaja memiliki kemampuan lebih baik dalam berpikir hipotetis dan logis. Remaja juga lebih mampu memikirkan beberapa hal sekaligus – bukan hanya satu – dalam satu saat dan konsep-konsep abstrak (Keating, dalam Carlson, dkk.,1999). Menurut Nettle (2001), remaja juga dapat berfikir tentang proses berpikirnya sendiri, serta dapat memikirkan hal-hal yang tidak nyata – sebagaimana hal-hal yang nyata – untuk menyusun hipotesa atau dugaan.
Dengan demikian, peneliti memutuskan untuk memilih remaja (siswa kelas X Sutomo I) sebagai subjek penelitian.

C. Alat atau Bahan
1.      Kuesioner sebagai alat ukur tes
2.      Printer untuk mencetak kuesioner
3.      Kamera untuk dokumentasi

D. Analisis Data
Kuesioner sebagai alat ukur yang terdiri atas 30 item dibagikan dan diisi oleh dua kelas yang berbeda, yakni kelas X-1 dan X-21. Hasil data yang diambil bertujuan untuk melihat apakah fungsi-fungsi yang terdapat di dalam smartphone berguna bagi kedua kelas tersebut dalam dunia belajar mereka. Maka, kuesioner kemudian dikategorisasikan dalam golongan berperan, netral, dan tidak berperan. Skor tertinggi yang dapat dihasilkan yakni sebesar 30. Kemudian skor dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kuartil atas, median, dan kuartil bawah. Data diolah dengan statistik deskriptif menggunakan tendency central berupa modus. Berikut adalah pembagian interval skor yang merepresentasikan masing-masing kategorisasi :
  1. Apabila skor yang paling banyak didapat menunjukkan rentang 0 hingga 7,5 (kuartil bawah), maka kesimpulannya adalah smartphone tidak berperan dalam dunia belajar mereka.
  2. Apabila skor yang paling banyak didapat menunjukkan rentang 7,5hingga 22,5 (median), maka kesimpulannya smartphone termasuk ke dalam kategorisasi netral dalam dunia belajar mereka.
  3. Apabila skor yang paling banyak didapat menunjukkan rentang 22,5hingga 30 (kuartil atas),  maka kesimpulannya adalah smartphone berperan dalam dunia belajar mereka.

E. Objek atau Subjek
Data yang diambil dari sekolah SMA Sutomo 1 Medan dengan subjek penelitian adalah murid SMA 1 Sutomo I. Populasi murid SMA kelas X di sekolah Sutomo 1 berjumlah sekitar  1056 orang, dan melihat keterbatasan waktu penelitian, sampel yang dipilih berjumlah 40 orang yang diambil dari dua kelas dan dianggap mewakili populasi, yakni dari kelas X-1 dan X-21.

F. Jadwal Pelaksanaan 
  • 26 April 2012   : Penentuan topik dan judul 
  • 28 April 2012   : Menentukan asumsi teori yang dipilih
  • 30 April 2012   : Menyusun pendahuluan dan landasan teori 
  • 1 Mei 2012       : Menyusun kuesioner serta alat dan bahan 
  • 2 Mei 2012       : Menanyakan ketersediaan SMA Sutomo I untuk diteliti 
  • 3 Mei 2012       : Meminta surat izin fakultas 
  • 7 Mei 2012     : Mendapat izin dari SMA Sutomo 1 dan menentukan hari yang dipilih untuk melakukan penelitian 
  • 14 Mei 2012    : Melakukan penelitian ke SMA Sutomo I dengan menyerahkan 40 kuesioner kepada kepala SMA Sutomo I untuk diisi oleh siswa 
  • 18 Mei 2012     : Mengambil kuesioner yang telah diisi , memberikan reward, dan dokumentasi 
  • 27 Mei 2012     : Menganalisis data

G. Kalkulasi Biaya
1.      Biaya print kuesioner        : Rp     800,-
2.      Biaya fotokopi kuesioner   : Rp 24.000,-
3.      Biaya transportasi             : Rp 20.000,-
4.      Biaya reward                    : Rp 17.000,-    +
Total biaya                        : Rp 61.800,-

II. PELAKSANAAN
Pada pelaksanaan penelitian ini, kelompok berkumpul di lokasi tujuan penelitian, yaitu sekolah SMA SUTOMO I,  Jl. Letkol Martinus Lubis No.7 Medan, yang berlangsung pada 14 Mei 2012, pukul 09.00 WIB. Sebelum memasuki gerbang sekolah, kelompok memeriksa terlebih dahulu barang-barang yang telah dipersiapkan untuk melakukan penelitian, berupa kuesioner, reward dan kamera. Setelah semuanya lengkap, kelompok memasuki gerbang sekolah dan meminta izin masuk dari satpam untuk bertemu kepala sekolah. Sesampainya di kantor kepala sekolah, kelompok menjelaskan mengenai tujuan penelitian dengan detail kepada kepala sekolah.
Berhubung karena peraturan SMA SUTOMO I tidak mengizinkan tamu untuk berkunjung ke kelas-kelas, maka kepala sekolah kemudian menyuruh salah satu pegawai untuk membantu kelompok dalam membagikan kuesioner. Kelompok kemudian menjelaskan cara pengisian kuesioner secara detail kepada pegawai tersebut. Berhubung pengisian kuesioner tidak dapat langsung diisi pada saat itu karena dianggap dapat mengganggu proses belajar, maka kepala sekolah SMA SUTOMO 1 Medan meminta kelompok untuk kembali lagi pada tanggal 18 Mei 2012 untuk mengambil kuesioner, membagikan reward dan dokumentasi dengan beberapa responden. Pada tanggal 27 Mei 2012, kelompok baru menganalisis data karena seluruh anggota kelompok baru dapat berkumpul dan mengerjakannya bersama-sama.

III. PELAPORAN DAN EVALUASI

A. Laporan
Dari data yang diperoleh dari 40 sampel , didapatkan :
  • 16 siswa/i menyatakan bahwa smartphone turut berperan (berguna) dalam dunia belajar mereka. 
  • 24 siswa/i menyatakan bahwa smartphone bersifat netral dalam dunia belajar mereka. 
  • Tidak ada satu orang pun yang menyatakan bahwa smartphone tidak berperan dalam dunia belajar mereka.
Dari data-data yang diperoleh tersebut,dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar sampel (26 murid SMA kelas X Sutomo I) menyatakan bahwa smartphone bersifat netral dalam dunia belajar mereka.
Sifat netral disini dapat diartikan bahwa subjek merasa smartphone bermanfaat dalam dunia belajar mereka, seperti fungsi smartphone yang telah disebutkan pada landasan teori, yakni smartphone mempermudah subjek dalam mencari informasi-informasi dan juga pengetahuan-pengetahuan baru yang up-to-date, smartphone menyediakan aplikasi notes yang dapat berguna sebagai reminder mereka, aplikasi kamus yang dapat digunakan kapan saja, dan subjek juga bisa menggunakan aplikasi pengolah data office yang terdapat di dalam smartphone untuk menulis atau mengedit tugas mereka.
Namun, disamping manfaat-manfaat positif yang telah disebutkan, smartphone juga memiliki dampak negatif dalam dunia belajar subjek. Contohnya seperti, subjek tidak jarang menggunakan smartphone untuk hal yang tidak berhubungan dengan pelajaran ketika kelas sedang berlangsung. Hampir setengah dari jumlah subjek yang ada juga mengaku sering mendengarkan lagu ketika kelas sedang berlangsung. Dan lebih dari setengah subjek yang ada menyatakan bahwa apabila ketika mereka tidak bersama smartphone, mereka merasa kesulitan dan tidak dapat belajar dengan baik. Akibatnya, subjek menjadi sangat bergantung kepada smartphone. Kesimpulan ini ditarik berdasarkan modus yang didapatkan dari data-data tersebut.

Poster


B. Evaluasi
Awalnya kelompok merencanakan akan memulai pengerjaan proyek mini ini sebelum UTS. Namun, berhubung banyaknya tugas dan persiapan UTS, kelompok menunda pengerjaan proyek mini terus-menerus. Lalu, sehari setelah UTS, kelompok segera berdiskusi untuk menentukan topik dan judul proyek mini agar tidak semakin terbengkalai lagi. Biaya yang diprediksi awalnya adalah sekitar Rp 50.000,- ternyata setelah pelaksanaannya, biaya mencapai Rp 61.800,-. Secara garis besar, pengerjaan proyek mini ini berjalan dengan lancar meskipun menemui banyak kendala.


Testimoni Kelompok :
Waktu yang diberikan untuk pengerjaan proyek mini ini sebenarnya sudah lebih dari cukup. Namun, kesalahan kelompok adalah menunda pengerjaan terus menerus sehingga terburu-buru dalam mengerjakan proyek mini ini. Semua kendala yang kelompok hadapi memberi pelajaran kepada kelompok agar tidak menunda pekerjaan lagi. Dengan adanya proyek mini ini, kelompok pun mendapat pengalaman yang berharga dan berguna ke depannya.

* Gustrispa Naomi Sirait (11-035)
Mengambil peran sebagai anggota kelompok dalam menjalankan suatu survey ini langsung ke lapangan adalah kali pertama saya lakukan. Saya sangat tertarik dengan segala pengerjaan proyek mini ini. Sebenarnya untuk menyelesaikan proyek ini tidak mudah, dibutuhkan kesungguhan dan kekompakan kelompok dalam setiap detail dan pengerjaannya. Berhubung anggota kelompok saya sangat bisa diandalkan, saya tidak merasa terbebani dengan proyek ini. Belum lagi begitu banyak manfaat yang saya dapatkan dari pengerjaan proyek mini. 

*Fera ( 11-037 )
Ini merupakan pertama kalinya saya melakukan survey secara langsung. Saya belajar banyak hal selama pengerjaan proyek mini ini, misalnya mulai dari bagaimana kerjasama kelompok untuk menentukan perencanaan, prosedur melakukan survey ke tempat lain, bagaimana membuat suatu kuesioner, dan semacamnya. Saya yakin proyek mini ini akan sangat bermanfaat bagi saya dan teman – teman lainnya sebagai bekal apabila ingin melakukan penelitian kelak.

*Chindy ( 11-097 )
Membuat survey ( yang merupakan pertama kalinya bagi saya ) sangatlah tidak mudah, mulai dari perencanaan, pembuatan kuesioner hingga analisis data. Tetapi dengan dilakukannya survey secara langsung ini, menambah wawasan saya dalam melakukan survey dan di sisi lain mengakrabkan kelompok karena sering berdiskusi dan bekerja sama untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Walaupun untuk mendapat hasil akhir tidaklah mudah.

*Fonds Novel ( 11-105 )
Membuat suatu penelitian itu tidaklah segampang yang dibayangkan. Sangat diperlukan usaha yang maksimal dalam menyelesaikan penelitian tersebut. Namun, hal ini telah menjadi pengalaman yang sangat berharga dan sesuatu yang menyenangkan bagi saya. Dari yang pada awalnya tidak mengerti apa-apa, hingga sekarang akhirnya mampu menyelesaikannya.

Dokumentasi dengan beberapa murid (partisipan) :





Referensi :

Andragogi

Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno: aner yang berarti orang dewasa, dan agogus yang berarti membimbing atau membina. Banyak praktik proses belajar dalam suatu pelatihan yang ditujukan kepada orang dewasa, yang seharusnya bersifat Andragogis, dilakukan dengan cara-cara yang pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pelatihan bagi orang dewasa.
Dengan demikian maka kalau ditarik pengertiannya sejalan dengan pedagogi, maka Andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam Andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training / Teaching).
Andragogi memiliki kelemahan, salah satu contohnya adalah bahwa bagaimana mungkin seorang siswa yang tidak terlalu memahami tentang luasnya ilmu kemudian dibebaskan memilih apa yang mereka sukai? Seolah sistem Andragogi hanya sebagai suatu sistem yang mengembirakan siswanya saja dan melupakan untuk tujuan apa sebenarnya sebuah pendidikan itu dilakukan? Dan bagaimana pula bisa dilakukan penjagaan terhadap ilmu-ilmu yang sudah ada? Jika sebuah ilmu tersebut tidak diminati oleh siswa, tentu saja satu waktu ilmu tersebut akan hilang. Dan bagaimana siswa dibiarkan memilih jika ada persyaratan kemampuan yang memang mesti dimiliki seandainya siswa mau belajar ilmu tertentu. Tidak mungkin siswa SD dibiarkan memilih mata pelaharan Integral Diferensial sebelum mereka menguasai dulu perkalian, penjumlahan, pengurangan, dll.
Teori Belajar Andragogi dapat diterapkan apabila diyakini bahwa peserta didik (siswa-mahasiswa-peserta) adalah pribadi-pribadi yang matang, dapat mengarahkan diri mereka sendiri, mengerti diri sendiri, dapat mengambil keputusan untuk sesuatu yang menyangkut dirinya. Andragogi tidak akan mungkin berkembang apabila meninggalkan ideal dasar orang dewasa sebagai pribadi yang mengarahkan diri sendiri. Yang menjadi tolok ukur sebuah kedewasaan bukanlah umur, namun sikap dan perilaku, sebab tidak jarang orang yang sudah berumur, namun belum dewasa. Memang, menjadi tua adalah suatu keharusan dan menjadi dewasa adalah sebuah pilihan yang tidak setiap individu memilihnya seiring dengan semakin lanjut usianya.
Orang dewasa tidak menyukai hal-hal teoritis dan cenderung menyukai sesuatu yang praktis sesuai peran sosialnya (pekerjaan, tanggung jawab, kebutuhan). Andragogi biasanya dimanfaatkan oleh profesi yang berhubungan langsung dengan masyarakat seperti penyuluh, fasilitator, motivator, politikus dan profesi lain.


Referensi : 


Wednesday, June 6, 2012

Survey Online


Dalam rangka menyelesaikan tugas individu mata kuliah Psikologi Pendidikan mengenai survey online, maka saya telah mengadakan survey online yang difasilitasi oleh website kwiksurvey.com. Survey ini membahas tentang bagaimana manfaat dari e-learning. Saya memilih topik e-learning berhubung karena saya melihat maraknya penggunaan metode e-learning di berbagai universitas di Indonesia. Dengan metode e-learning, mahasiswa lebih mudah mendapatkan akses informasi mengenai materi kuliah dari dosen.  Namun, di setiap dampak positif, tentunya akan ada dampak negatif. Survey saya terdiri dari 5 ( lima ) pertanyaan berikut beserta hasilnya.

1. Saya merasa terbantu dengan adanya metode belajar e-learning





2. Materi - materi yang diberikan dosen di e-learning sangat terstruktur sesuai kontrak kuliah






3. Materi yang disajikan di e-learning selalu di-update seiring berjalannya waktu







4. Segala fasilitas yang disediakan kampus sudah mendukung metode e-learning ( misalnya: Wifi,   perangkat komputer, dll )
 





5. Saya belum terbiasa dengan metode e-learning, sehingga saya merasa e-learning menjadi sebuah beban






Survey ini diikuti oleh 53 partisipan dari mahasiswa fakultas Psikologi USU. Survey online ini diadakan mulai tanggal 28 Mei 2012 hingga 03 Juni 2012. Bagi yang ingin melihat survey online saya, bisa klik di sini. Dari hasil survey di atas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara lebih merasakan manfaat dari metode e-learning dan rata – rata tidak merasa terbebani dengan metode e-learning.

Testimoni :
Ini merupakan pertama kalinya saya membuat survey online. Saya merasa survey online ini memberikan banyak manfaat. Kita bisa berhemat dalam penggunaan kertas. Bayangkan apabila saya ingin melakukan survey secara manual kepada 53 partisipan, itu artinya saya harus mencetak 53 lembar kertas survey. Nah, dengan survey online, kita telah menghemat 53 lembar kertas, termasuk pencegahan global warming, bukan ?
Selain hemat kertas, kita juga telah menghemat waktu. Partisipan bisa mengakses survey kita dimana pun mereka berada, selama mereka senggang dan bisa mengakses internet. Ini menguntungkan kedua belah pihak, baik si penyelenggara survey dan partisipan. Kita juga tidak perlu menghabiskan waktu untuk menghitung hasil survey-nya satu per satu. Survey online ini telah menyediakan fasilitas untuk membantu kita menghitung hasil survey ( seperti diagram di atas ).
            See ? Begitu banyak manfaat yang kita peroleh dari survey online. Akan tetapi, saya melihat ada juga sisi negatif dari survey online ini. Tidak semua orang memiliki gadget atau perangkat untuk mengakses internet sehingga tidak semua partisipan bisa kita jangkau. Namun bagaimana pun, saya merasa survey online ini layak dicoba dan dipakai oleh teman – teman lain, melihat manfaatnya yang sangat banyak.

Demikian sedikit cerita mengenai survey online saya dan hasilnya, semoga bisa bermanfaat untuk semua. Terima kasih C:

Friday, June 1, 2012

Pedagogi

Pedagogi adalah ilmu atau seni dalam menjadi seorang guru. Istilah ini merujuk pada strategi pembelajaran atau gaya pembelajaran. Pedagogi juga kadang-kadang merujuk pada penggunaan yang tepat dari strategi mengajar. Sehubungan dengan strategi mengajar itu, filosofi mengajar diterapkan dan dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan pengalamannya, situasi pribadi, lingkungan, serta tujuan pembelajaran yang dirumuskan oleh peserta didik dan guru. 
Untuk memperoleh pendidikan yang baik maka kita sebagai guru perlu disadari bahwa proses pembelajaran di dalam kelas merupakan bagian yang sangat penting dari pendidikan. Sehingga pembelajaran yang tidak bermutu yang pada dasarnya berasal dari dalam kelas itu akan berdampak  sangat luas. Pembelajaran di dalam kelas yang bermutu tentu akan menghasilkan hasil lebih baik. Dalam hal ini guru memiliki peran yang sangat besar dalam mengorganisasi kelas sebagai bagian dari proses pembelajaran dan siswa sebagai subyek yang sedang belajar. Kemampuan guru dalam mengemas proses tentu tidaklah spontan, namun perlu persiapan. Pembelajaran yang bermutu tentu diawali dari persiapan yang bermutu pula. Kemampuan guru dalam hal ini tentu memberi pengaruh sangat besar.
Di dalam proses pembelajaran, tentunya banyak faktor yang akan mempengaruhi keefektifan pembelajaran tersebut baik yang berasal dari guru, siswa, sekolah, maupun lingkungan dan masyarakat. Guru mempunyai peran penting di dalam proses pembelajaran untuk menjadikan pembelajaran tersebut menjadi efektif dan siswa dapat mengembangkan kemampuannya  secara  optimal. Begitu pula dengan siswa, siswa di dalam proses pembelajaran bukan lagi sebgai obyek melainkan sebagai subyek yang harus guru perhatikan di dalam setiap prosesnya. Keefektifan siswa di dalam kegiatan belajar mengajar juga dipengaruhi oleh motivasi yang ada pada diri siswa itu sendiri maupun guru yang  yang dapat membangunkan motivasi siswa di dalam proses pembelajaran., terdapat kategori kompetensi yang harus diumiliki oleh guru yaitu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleg guru, yaitu kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik.

Referensi :

Sunday, May 13, 2012

Blended Learning

Blended learning terdiri dari kata blended (kombinasi/ campuran) dan learning (belajar). Istilah lain yang sering digunakan adalah hybrid course (hybrid = campuran/kombinasi, course = mata kuliah). Blended learning merupakan pembelajaran yang memadukan pertemuan tatap muka di kelas dengan kegiatan - kegiatan terintegrasi yang difasilitasi dengan komputer, internet, dan media - media pembelajaran lainnya. Demikian juga ditemukan bahwa model pembelajaran berbasis blended lebih baik daripada pembelajaran tatap muka ( face to face ). Blended learning telah menawarkan kesempatan belajar untuk menjadi baik secara bersama-sama dan terpisah, demikian pula pada waktu yang sama maupun berbeda. Sebuah komunitas belajar dapat dilakukan oleh pelajar dan pengajar yang dapat berinteraksi setiap saat dan di mana saja karena memanfaatkan yang diperoleh komputer maupun perangkat lain sebagai fasilitasi belajar. 
Blended learning memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan blended learning adalah dapat melakukan difersivikasi pembelajaran dan memenuhi karakteristik belajar siswa yang berbeda-beda. Misalnya, siswa yang enggan berdiskusi di kelas mungkin saja akan lebih aktif berdiskusi secara tertulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa blended learning lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka maupun e-learning. Tidak semua orang berani dalam mengajukan pendapatnya apabila di tempat umum langsung seperti kelas. Ada saja mahasiswa yang sebenarnya memiliki banyak ide namun kurang berani menunujukkannya. Dengan blended learning ini mahasiswa yang lebih tertutup akan menjadi lebih aktif. Sedangkan kekurangan dari blended learning itu sendiri adalah :
  • Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung 
  • Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet. Padahal dalam blended learning diperlukan akses internet yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online 
  • Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi 
  • Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet

Testimoni :
Bagi saya, blended learning merupakan suatu hal yang baru. Memang blended learning sangat bermanfaat dibandingkan metode tatap muka atau kuliah online saja. Namun, blended learning ini perlu didukung oleh berbagai aspek. Tidak sesederhana dalam kuliah tatap muka atau kuliah online. Seperti yang saya post-kan hasil diskusi kelompok saya di atas, blended learning memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya akan mencoba mengaitkan blended learning dengan situasi dan kondisi pendidikan di Indonesia, khususnya di Medan.
Blended learning merupakan kombinasi antara tatap muka dan kuliah online. Seperti kelas psikologi pendidikan yang saya ikuti pada hari Sabtu, 12 Mei 2012 kemarin, saya merasakan langsung bagaimana blended learning itu. Yah, dengan bantuan internet, kami bisa mendapat lebih banyak informasi mengenai materi, dan itu sangat membantu diskusi kami. Terima kasih banyak, teknologi. Namun, itu berarti setiap orang harus memiliki gadget portable yang bisa di bawa saat kelas bukan ? Misalnya, laptop, smartphone, tablet, dan semacamnya. Pertanyaan yang muncul di benak saya, apakah setiap mahasiswa pasti memiliki salah satu gadget itu ? Tentu tidak. Kenyataan yang terjadi, akan ada mahasiswa yang merasa “berbeda”. Menurut saya, blended learning ini akan lebih efektif apabila semua fasilitas sudah tersedia di sekolah atau kampus, atau apabila semua pelajar pasti sudah memilki fasilitas yang akan digunakan secara merata.